Jumat, 13 Juli 2007

Biarkan Cinta itu Tumbuh (cerpen)

Oleh : Rachmat Nugraha

Hujan mulai mengguyur kota Jakarta ketika Vina duduk sendiri di dalam café Bona. Pertemuannya dengan Rizky kemarin begitu mengusik pikirannya.
“Rizky! Hhh….”
Nama itu terus-menerus terngiang di telinganya. Wajah cowok itu tak henti-hentinya memadati setiap ruang pikirannya. Sepertinya dia tidak mampu mengenyahkan bayangan Rizky yang selalu mengiringi langkahnya sejak rendevouze mereka di Plaza Senayan sebulan lalu. Terdengar helaan napas panjang dari Vina.
Vina melirik jam tangannya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dengan malas, dia kemudian bangkit dari duduknya. Namun, dia tidak beranjak dari situ. Dia hanya berdiri menghadap danau kecil di luar cafe. Tatapannya kosong. Entah kenapa, dirinya seperti kembali diseret ke masa-masa saat dia masih bersama Rizky.
Vina mencoba menepis kenangan itu, tapi tak bisa. Bayangan masa lalu itu justru semakin kuat mencengkram dirinya. Rupanya, begitu sulit menyingkirkan sebuah masa lalu.
“Vina..!” Terdengar suara dari belakangnya.
Vina langsung berbalik. Ternyata Yunita.
“Eh, elo! Sendirian?”
“He-em!”
Yunita kemudian menjatuhkan pantatnya di kursi. Vina mengikutinya
“Vin, elo beruntung ya!”Kata Yunita pelan.
“Beruntung… beruntung kenapa?” Vina mengerutkan dahinya.
“Iya, elo beruntung! Punya cowok yang begitu baik sama elo. Liat aja, Wisnu setia banget sama elo. Selalu ada setiap elo butuhin”
Vina tersenyum dikulum. “Kayaknya elo lagi ada masalah ya?”
Yunita mengangguk. “Cowok gua…”
“Kenapa sama cowok elo?”
“Dia selingkuh”
“Ya udah, sabar aja ya! mungkin dia emang bukan yang terbaik buat elo”
Vina lalu terdiam. Dipikirkannya kata-kata Yunita tadi. Ya, Yunita memang benar. Dia memang beruntung karena telah memiliki Wisnu yang begitu setia pada dirinya. Tapi, Yunita tidak tahu kalau sebenarnya saat ini dia sangat merasa bersalah karena telah menyakiti cowok itu. Dia kini terjebak diantara dua cinta. Wisnu dan Rizky. Hhh… seandainya saja dulu aku dan Rizky enggak berpisah, mungkin keadaannya enggak akan kayak ini, batinnya.

****
Di kamar, malam itu Vina membuka kembali surat-surat dari Rizky. Satu-persatu dibacanya. Kata-katanya begitu romantis. Puitis. Dia jadi tersenyum sendiri membacanya. Entah mengapa tiba-tiba saja dia begitu rindu pada Rizky.
“Duh, lagi baca surat dari pacar, ya!”
“Eh, mamah! Ngagetin aja!”
Buru-buru Vina melipat kembali surat digenggamannya.
“Kamu malu ya?”Desis Bu Sifa menggoda.
“Udah tahu, nanya!”
“Ya udah deh, Mamah pergi”
Setelah kepergian Ibunya, Vina kembali membaca surat-surat Rizky yang masih disimpannya dengan rapih itu. Sekejap, dia kembali menerawang ke masa lalu. Saat-saat indah sewaktu bersama Rizky. Mendadak Vina teringat ucapan Rizky kemarin siang yang memintanya untuk kembali padanya. Saat itu dia tidak menjawab. Vina bingung. Satu sisi dia harus mengakui bahwa cinta Rizky telah kembali hadir dalam hatinya. Tapi, disisi lain dia juga tidak bisa mengkhianati cinta Wisnu yang begitu tulus pada dirinya.
Hhh! Ya, Tuhan… aku mohon, berikanlah aku petunjuk agar aku dapat memilih satu diantara mereka, gumam Vina dalam hati.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Bergegas Vina merapihkan surat-surat yang tadi dibacanya dan memasukkannya kembali ke dalam lemari.

****
Sepanjang jalan Wisnu sama sekali diam. Tak ada satupun kata keluar dari mulutnya. Dia hanya berjalan di samping Yunita dengan wajah yang masam.
“Wisnu?”Tegur Vina bingung.
Digenggamnya jemari tangan Wisnu yang masih terdiam.
“Kamu kenapa sih?” Desak Vina penasaran. “Kamu marah, ya?”
“Kelihatannya gimana?” Sahut Wisnu dingin.
Akhirnya dia bicara juga.
“Kelihatannya sih gitu, emangnya ada apa sih?”
“Sudah berapa lama kamu hubungan sama Rizky?” Suara Wisnu terdengar datar.
Vina terperangah kaget. dia heran darimana Wisnu bisa tahu hubungannya dengan Rizky.
“Kenapa, bingung jawabnya?”Katanya lagi.
“Kamu tahu darimana?”
“Enggak penting aku tahu darimana, sekarang kamu jawab aja pertanyaanku!”
Vina menghela napas panjang. “Baiklah, aku akan jujur sama kamu! Hubungan aku sama dia sebenarnya sudah lama. Aku pernah pacaran sama dia dulu”
“Terus sekarang?”
Vina tak bisa menjawab. Dia tak tahu harus bicara apa. Dia tidak bisa memungkiri perasaannya terhadap Rizky. Tapi, dia juga tidak ingin kehilangan cowok yang saat ini ada didepannya.
“Kenapa diam?”
“Sudahlah, Nu! Kita enggak usah bahas ini lagi, dia bukan apa-apaku kok” Kata Vina berbohong.
“Terserah kamu deh!”
Suasana menjadi hening. Yang terdengar hanyalah suara kicauan burung yang menyambut hari dengan riangnya.

****
Sesampainya di rumah, Vina langsung berdiam diri di kamar. Dia menangis. Dia mencoba merenungi kembali kata-kata yang telah dia ucapkan. Dia tahu dia telah membohongi Wisnu. Tapi, itu terpaksa dia lakukan karena dia tak ingin melukai hati cowok itu.
Sebenarnya dia ingin sekali jujur pada Wisnu. Ingin sekali dia mengatakan bahwa cinta Rizky telah kembali hadir dalam hatinya. Namun, kenyataan itu terpaksa dipendamnya. Itu dia lakukan karena dia tidak ingin menyakiti Wisnu. Wisnu telah begitu baik pada dirinya. Cintanya begitu tulus. Dan kini dia telah mengkhianati ketulusan cinta Wisnu.
“Vina, kamu kenapa?” Tanya Bu Sifa melihat anak gadisnya menangis.
Dia lalu menghampiri anak gadisnya itu dan memeluknya dengan penuh kelembutan. “Ada masalah? Cerita dong sama mamah ” Sambungnya.
Vina mengangguk pelan. Dia pun menceritakan semuanya. Dari mulai pertemuannya dengan Rizky, sampai rasa cintanya pada Rizky yang kembali memenuhi setiap ruang hatinya yang menyebabkan hubungannya dengan Wisnu mengalami sedikit keretakan. Atau bahkan, terancam bubar.
“Vina, mamah rasa kamu harus memilih satu diantara mereka!” Kata Bu Sifa memberi saran.
“Tapi mah, saat ini Vina belum siap! Apalagi Wisnu begitu baik sama Vina. Vina enggak tega”
“Terus kapan kamu siapnya? Itu sama saja kamu mempermainkan mereka”
Mamah memang benar. Aku memang harus memilih. Tapi, enggak sekarang. Aku belum siap. Aku masih ingin keduanya berada disisiku. Aku belum siap untuk kehilangan salah satunya, Vina terus membatin. Biarlah waktu yang menentukan semuanya.

****
Sudah hampir dua minggu Vina tidak bertemu dengan Rizky. Sejak pertemuan terakhirnya dengan cowok itu di café Bona ketika Rizky memintanya untuk kembali, Rizky sama sekali tidak menghubungi atau bahkan menemui dirinya. Dan tadi sore, dia justru mendapatkan sms yang cukup mengejutkan dari Rizky . Dalam smsnya Rizky mengatakan kalau mulai detik ini dia mungkin tidak bisa menemuinya lagi. Selain itu, dalam smsnya, Rizky juga berulang kali meminta maaf pada Vina. Vina benar-benar tidak mengerti apa maksud Rizky mengirim sms seperti itu.
Vina telah mencoba menghubungi handphone Rizky, tapi tidak aktif . dia juga telah berulang kali menghubunginya melalui telepon rumah. Tapi, berulang kali dia mencoba, berulang kali juga tidak ada yang mengangkat.
Vina lalu memaksakan kakinya melangkah keluar rumah dan duduk di kursi teras rumahnya. malam itu, langit terlihat begitu cerah. Bintang-bintang bertaburan menghiasi langit, menunjukkan sinarnya yang terang. Vina tersenyum sambil terus memandangi langit. Dia mencoba melupakan sejenak rasa penat yang ada dalam dirinya. Tapi, ingatannya terus tertuju pada Rizky. Dia masih belum bisa mengerti kata-kata Rizky sore tadi. Tapi, apapun maksudnya dia tidak ingin berpisah dengan Rizky.
Malam itu Vina tak bisa menutupi kegundahan hatinya. Gundah karena dia tidak ingin kehilangan Rizky, cinta pertama yang telah kembali bersemi dihatinya. Gundah karena dia tidak tahu harus memilih siapa.

****
“Vina, barusan Wisnu nelpon. Katanya, dia kepingin ketemu kamu besok!” Kata Bu Sifa begitu Vina sampai di rumah.
Mendengar itu, Vina tidak terlihat senang. Hatinya terlalu disesaki oleh rasa gundah. Dia terlalu sibuk memikirkan Rizky yang sudah dua minggu ini menghilang.
“Makasih ya, Mah!” Sahutnya sambil terus berjalan masuk kamar.
Bu Sifa sangat heran melihat sikap Vina. Bergegas dia menemui gadis itu di kamarnya.
“Vina” Pelan-pelan dia duduk di samping anaknya yang sedang merebahkan tubuhnya di pembaringan. Dibelainya rambut Vina dengan penuh kelembutan. “Ada apa? Kok mamah lihat beberapa hari ini kamu diam aja” Sambungnya.
Awalnya Vina bungkam. Tapi, setelah didesak akhirnya dia pun bercerita tentang kegalauan hatinya beberapa hari terakhir ini.
“Kamu benar-benar mencintai Rizky?” Tanya Bu Sifa.
Vina mengangguk mengiyakan. Raut wajahnya memancarkan kesedihan.
“Kalau begitu, kamu temui dia. Katakan kalau kamu ingin kembali sama dia”
“Tapi, Wisnu?”
“Mamah yakin, Wisnu memiliki jiwa yang besar untuk bisa menerima kenyataan ini” Kata-kata Bu Sifa terdengar begitu bijak.
“Makasih ya, Mah” Vina memeluk tubuh wanita paruh baya yang sangat dicintainya itu.

****
Vina begitu berbeda dari biasanya. Tidak ada sedikitpun senyuman di wajahnya. Dan itu membuat Wisnu bingung.
“Kamu kenapa? kok diam aja?” Tanyanya.
Vina menggeleng. “Enggak… enggak apa-apa kok!”
Wisnu tidak langsung percaya. Dia tetap merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis itu. “Bener, enggak apa-apa?”
“Iya, bener!”
Karena tak ingin berdebat, Wisnu lalu mengajak Vina ke KFC. Restaurant cepat saji itu terlihat begitu ramai. Begitu banyak pengunjung yang memadati tempat itu. Wisnu lantas langsung antri di depan kasir untuk memesan makanan. Sementara, Vina mencari tempat yang nyaman untuk duduk Sambil duduk, Vina terus memikirkan Rizky. Dia merasa harus segera menemui cowok itu. dan sekarang sudah saatnya dia bicara jujur pada Wisnu.
“Kok, ngelamun aja! Lagi mikiran siapa?” Tiba-tiba saja Wisnu sudah duduk didepannya.
“Ah nggak, lagi pengen bengong aja” ujar Vina gelagapan.
“Ayo, makan!”
Vina hanya mengangguk. Tapi, dia sama sekali tidak menyentuh makanan yang ada dihadapannya.
“Kok enggak dimakan?” Tanya Wisnu melihat Vina sama sekali tidak menyentuh makanannya. “Kamu enggak suka?”
“Enggak, aku suka kok!”
“Terus, kenapa enggak dimakan?”
“Iya…iya, aku makan!”
Dengan malas, Vina kemudian menyentuh makanan yang dipesan Wisnu untuknya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan makanannya. Hanya saja, saat ini dia sedang tidak bersemangat. Nafsu makannya telah dikalahkan oleh rasa rindunya pada Rizky . Melihat Vina seperti itu, lama-lama Wisnu jengah juga.
“Vina, kenapa sih , kok kelihatannya kamu enggak bergairah banget ketemu aku?” Desisnya menahan kesal.
“Enggak… enggak apa-apa, aku senang ketemu sama kamu! Aku lagi kurang enak badan aja kok”
“Kamu lagi mikirin Rizky, ya?”
Zahra tak menyahut.
“Kok diam? Wisnu menghela napas panjang. “Kenapa, kamu malu mengakuinya?”
Vina tertunduk. Menarik napas dalam-dalam.
“Wisnu, mungkin sebaiknya kita akhiri saja hubungan kita” Desisnya pelan.
Wisnu langsung membelalakkan matanya mendengar ucapan Vina. “Kenapa?”
“Aku…. Aku ingin kembali sama Rizky. Aku mencintainya!”
“Jadi, selama ini kamu sudah membohongi aku?”
Vina mengangguk pelan. “Maafin aku, Nu. Aku sudah berusaha untuk mempertahankan hubungan kita. Tapi, aku juga enggak bisa memungkiri perasaanku sendiri. Aku enggak bisa membohongi diriku sendiri, kalau ternyata cinta Rizky telah kembali bersemi dalam hatiku”
“Jadi, itu keputusan kamu?”
Vina mengangguk mengiyakan. Dia tahu keputusannya ini telah sangat menyakitkan Wisnu. Tapi, dia harus melakukannya. Karena kini dia benar-benar menyadari jika dia ternyata lebih mencintai Rizky.
“Baik, kalau memang itu keputusan kamu, aku bisa terima. Terima kasih atas kesempatan yang kamu berikan, selamat tinggal!” Wisnu langsung bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Vina sendiri.
Vina tidak bisa mencegahnya. Dia mengerti betapa sakitnya hati Wisnu. Dia dapat merasakan perihnya hati cowok itu. Sama perihnya dengan hatinya saat ini. Perih karena pada akhirnya dia harus membuat keputusan yang menyakitkan bagi mereka berdua.

****
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Vina terlihat berbaring sambil termenung sendiri di kamarnya. Dia terus saja memikirkan Rizky. Sudah lebih dari dua minggu Rizky menghilang. Tapi, sampai sekarang belum juga ada kabar dari cowok itu. dia sudah mencoba mendatangi rumah Rizky. Tapi, pintu gerbangnya terkunci. Tetangganya pun tidak ada yang tahu kemana Rizky dan keluarganya pergi.
Tiba-tiba saja bunyi suara handphone yang sistematis mengusik lamunannya. Vina lalu bangkit dari tidurnya dan meraih HP Sony Ericsson yang diletakkan diatas meja.
“Ada apaa, Yun?” Tanya Vina begitu tahu Yunita yang menelponnya.
“Hallo, Vin! Besok bisa ketemu enggak? gua ada kabar soal Rizky nih, penting!”
“Rizky? Kenapa dia?”
“Ehm… besok deh gua ceritain!”
“Ya udah, kita ketemuan dimana?
“Di café Bona, ya!”
“Jam berapa?”
“Jam 2!”
“Ya udah, sampai ketemu besok ya!”
Ada apa ya?, Tanya Vina dalam hati. Dia merasa ada sesuatu terjadi pada Rizky. Dan itu telah membuat hatinya gundah. Berbagai macam pertanyaan pun mulai menghigapi otaknya. Kecelakaankah dia? atau sakitkah? Atau…?.
“Aahh! Kenapa sih Yunita enggak langsung ngomong aja di telepon,” Vina menggerutu sendiri.

****
“Rizky kenapa, Yun?” Tanya Vina kebingungan.
Vina menarik napas panjang. Dia merasa tak kuasa memberitahukan keadaan Rizky pada Vina. Tapi, apa boleh buat. Bagaimanapun juga dia harus mengatakannya.
“Rizky…”
“Rizky kenapa?” Potong Vina penasaran.
“Rizky masuk rumah sakit!” Desah Yunita pelan.
Sontak Vina terhenyak. “Dirawat? Memangnya dia sakit apa?”
Dengan perlahan, Yunita menceritakan semuanya. Termasuk penyakit yang diderita oleh Rizky. Vina yang mendengarnya langsung menitikkan air mata. Dia tak kuasa menahan tangis mendengar orang yang dia cintai kini terbaring lemah tak berdaya karena penyakit yang selama ini disembunyikan Rizky darinya.
“Yun, tolong antar gua ke rumah sakit sekarang!” .
“Ayo!”
Mereka pun kemudian beranjak menuju rumah sakit tempat Rizky dirawat. Selama perjalanan, Vina lebih banyak diam. Pikirannya terus tertuju pada Rizky.
“Vin, kita sudah sampai!” Cetus Yunita begitu tiba di rumah sakit.
Vina lalu turun dari mobil dan berjalan masuk mengikuti Yunita..
Setibanya di ruangan ICU, mereka bertemu dengan kedua orang tua Rizky. Pasangan suami istri paruh baya itu terlihat sedang berdiri dengan raut wajah yang sangat sedih di depan kaca yang memisahkan mereka dengan Rizky yang tengah terbaring tak berdaya di dalam ruangan berukuran cukup besar. berdampingan pada sebuah kursi panjang di luar kamar rawat.
“Kamu, Vina ya?” Tanya Pak Beni, Ayah Rizky.
Vina hanya mengangguk sambil tersenyum mengiyakan.
“Rizky sudah cerita banyak soal kamu. Ternyata benar, kamu memang cantik” Istri pak Beni ikut bicara.
Dengan ditemani Yunita, Vina kemudian masuk ke dalam kamar rawat. Dilihatnya Rizky sedang terbaring tak berdaya. Vina menangis. Dia tak kuasa menahan sedih menyaksikan kondisi Rizky. Digenggamnya jemari Rizky yang dingin
“Rizky, kamu enggak boleh pergi? Aku ingin kembali sama kamu. Kini… kini hanya cinta kamu yang tumbuh dihatiku” Desis Vina lirih. “Please, bertahanlah demi aku” Lanjutnya.
Tiba-tiba saja jemari Rizky bergerak. Matanya perlahan membuka. Lalu melirik ke Vina.
“Yun…” Vina memalingkan wajahnya ke Yunita.
Yunita tersenyum.
“Vi…Vi…Vina,” Suara Rizky terbata-bata.
“Iya… iya, ini aku Vina!”
Bi… bi…biarkan cinta itu terus tumbuh dalam hatimu”
Setelah itu Rizky kembali memejamkan matanya. Tapi, bukan tidur. Rizky memejamkan mata untuk selamanya. Menyaksikan hal itu, Vina langsung meneteskan air matanya. Yunita yang sedari tadi berdiri disamping Vina bergegas memanggil kedua orang tua Rizky. Sekejap ruangan itu berubah menjadi lautan air mata.
“Rizky, kamu jangan pergi… kamu enggak boleh pergi” Vina menangis tersedu.
“Sudahlah, Vin! Kita relakan saja kepergiannya” Yunita merangkul pundak Vina.
Pemandangan itu membuat seisi ruangan makin terenyuh. Vina benar-benar terpukul dengan kepergian Rizky. Dia tidak mengira jika Rizky akan pergi meninggalkannya secepat ini. Kini dia hanya bisa pasrah menerima kenyataan ini. Dia harus merelakan kepergian Rizky.

****

Tidak ada komentar: