Senin, 06 Oktober 2008

Aktivis 98 Rame-rame Jadi Caleg

Aktivis 98 Rame-rame Jadi Caleg

Rakyat Sudah Muak Dengan Politisi Tua

Jakarta, RM- Merasa sudah siap, kalangan aktivis 98 berduyun-duyun menjadi calon anggota legislatif (caleg). Mereka terdaftar di berbagai partai politik (parpol). Hal itu dilakukan karena generasi penumbang orde baru itu merasa selama ini tidak ada perubahan yang signifikan. Ditambah lagi dengan perilaku buruk para wakil rakyat yang mengakibatkan hilangnya kewibawaan DPR sebagai lembaga negara. “Rakyat sudah muak dengan mereka,” tutur Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti.

Ray mengakui, para politisi yang kini duduk di parlemen sudah tidak bisa diharapkan lagi. Kalaupun pada Pemilu 2004 lalu banyak dari mereka yang kembali terpilih, itu lebih disebabkan unsur keterpaksaan. "Hanya karena tidak ada pilihan saja," tegasnya.

Menurutnya, keberanian aktivis 98 yang maju sebagai caleg pada Pemilu 2009 harus disambut positif. Kehadiran mereka diharapkan mampu memperjuangkan enam visi reformasi yang telah digelontorkan 10 tahun lalu.Dirinya optimis generasi 98 mampu melakukan perubahan besar dalam parlemen. Terlebih, mereka memiliki kemampuan politik yang cukup dan telah teruji melakukan kerja-kerja politik. Dia yakin para pemuda itu mampu bertarung di senayan.

Ray mengingatkan para aktivis 98 untuk tidak main-main karena mereka akan berhadapan dengan dirinya dan aktivis lainnya. “Jangan sekali-kali korupsi,” ucapnya.

Di tempat terpisah, mantan aktivis 98 yang kini jadi caleg DPR-RI dari PKB Daerah Pemilihan (Dapil) Jatim I Iwan Dwi Laksono mengatakan, dirinya maju disebabkan ketidakpuasan atas kondisi yang terjadi saat ini. Dia melihat, kesejahteraan rakyat semakin jauh dari harapan.”Saya ingin melakukan perubahan dengan mengkombinasikan taktik parlementer dengan ekstra parlementer,” ujarnya.

Dia menilai, lembaga negara, khususnya parlemen saat ini semakin rusak. Satu-satunya jalan untuk melakukan perbaikan, maka dirinya harus masuk ke dalam sistem. Dengan begitu ada kemungkinan besar baginya untuk mendesak agenda perubahan melalui legislatif. Dirinya akan berupaya untuk merubah kebijakan agar lebih berpihak kepada rakyat.

“Khususnya yang berkaitan dengan undang-undang, karena DPR itu kan tugasnya legislasi,” ungkap mantan Ketua Umum LMND itu.

Hal senada dikatakan Petrus Kanisius Tino Rahardian, mantan aktivis 98 yang kini jadi caleg DPR-RI dari Partai Gerindra. Dia menuturkan, dirinya dan generasi 98 lainnya memiliki keresahan yang sama terhadap kondisi rakyat yang tidak kunjung membaik. Selain itu, dia menilai lembaga negara kian dirusak dan dicederai oleh para oknum politisi dengan perilakunya yang amoral dan tidak mendidik.

“Lihat saja kasus Max Moein, Yahya Zaini, banyak hal itu. Entah yang korupsi dan liar yang akhirnya merusak kewibawaan lembaga itu (DPR),” tegas Tino, panggilan akrab Petrus.

Kapital Sosial

Tino yang mendapat nomor urut dua mengatakan, modal yang dimilikinya untuk menjadi caleg adalah kapital sosial. Dirinya tidak punya kemampuan secara finansial. Karena itu, dia hanya akan mengoptimalkan jaringan dan basis massa yang telah terbangun dan berusaha meyakinkan rakyat dengan program yang konkret. “Mereka siap untuk jadi relawan,” kata caleg dari Dapil Jatim V itu.

Tak jauh beda dengan Tino, Iwan pun cuma memiliki modal berupa kantong-kantong massa yang telah dibina selama ini dan pengalamannya sebagai aktivis gerakan mahasiswa. Dia mengaku belum mendapatkan bantuan dana dari partai untuk kegiatan kampanye. “Saya banyak dibantu oleh rekan-rekan yang mendukung saya dalam segala kebutuhan kampanye,” tuturnya.

Baik Tino maupun Iwan yakin, dengan apa yang telah mereka lakukan selama ini legitimasi rakyat bisa didapatkan. Keduanya tidak menolak bila mereka harus membuat kontrak sosial. Bahkan, Iwan secara gamblang menyatakan siap mundur jika dirinya terbukti gagal memperjuangkan agenda reformasi. (RN)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Semoga Indonesia berubah dengan bergabungnya Beathor Suryadi, Dita Indah Sari, Yusuf Lakaseng, Andi Arief, Budiman Sudjatmiko, Wignyo, Masinton Pasaribu, Ben Yono, dan lain-lain bekas aktivis mahasiswa ke dalam parlemen. Percaya deh, mereka pasti lebih baik ketimbang politisi mental orba apalagi artis.